Berkorban untuk Kurban "Sapi Cicilan"
Orangtuasekolah-- Sore ini ba'da ashar ada rapat panitia kurban di masjid komplek. Alhamdulillah tahun ketiga Bu Joko diamanahi untuk jadi Bendahara. Bukan karena rumah Bu Joko di dalam komplek perumahan mewah, hanya kebetulan saja rumah Bu Joko masih satu RT dengan komplek tersebut. Lebih tepatnya di kampung belakang perumahan mewah. Hal yang sudah lumrah kalau tinggal di Ibukota. Ketika hampir setiap lahan kosong diborong kontraktor untuk dijadikan lahan perumahan.
"Wuihhhh mobil baru ni Bu Dedeh..nyicil nggeh?" tanya Bu Tejo penuh rasa ingin tahu.
"Iya ini teh, bosen sama yang kemaren jadi ganti yang baru. Mobil kemaren teh sudah abdi jual. Karena mobil mahal jadi masih laku tinggi, terus uangnya abdi jadikan DP biar sisanya dicicil dikit aja atuh gak banyak" jawab Bu Dedeh dengan semangat."Lohh..Bu Tejo katanya habis beli mobil baru juga kan yah, nyicil juga? Ihhhh saya kira mah belinya cash gitu" Bu Dedeh bertanya balik.
"Nggeh, sama kok kita Bu Dedeh, DP nya besar, jadi cicilannya ndak banyak kok..wong ndak sampe setahun bakal lunas" balas Bu Tejo tak mau kalah.
Percakapan yang sudah biasa didengar oleh Bu Joko. Sementara ia hanya bisa tersenyum manggut-manggut. Mau ikutan ngobrol kok rasanya minder. Apalah daya Bu Joko yang hanya kebetulan jadi panitia saja sehingga mau tak mau bisa bergabung dengan mereka, para penghuni perumahan mewah. Meskipun tidak semuanya seperti itu. Di pojok masjid ada Bu Haji Aminah dan suaminya juragan kontrakan yang dermawan sekali. Bu Joko pun tidak pernah melupakan kebaikan beliau dengan warga kampung.
Bu Joko akhirnya bersuara saat Bu RT menghampiri dan bertanya,
"Bu Joko bagaimana kelompok kurban sapinya sudah genap semua?"
"Nggeehh Bu RT, yang kurban kambing datanya sudah oke, ini yang kurban sapi ada 10 kelompok, tapi yang kelompok terakhir masih kurang satu orang" lapor Bu Joko sambil menunjukkan catatannya.
"Bu Dedeh atau Bu Tejo silahkan siapa tau mau melengkapi?" tanya Bu RT.
"Nggeh, kalau saya nanti dulu Bu RT, sepurane nggeh, masih ada keperluan lainnya, apalagi ini mau masuk tahun ajaran baru kan ya Bu Dedeh?" jawab Bu Tejo sambil melirik Bu Dedeh dengan kedipan mata dua kali.
"Ohhh iya bener Bu Tejo, maap Bu RT coba tanyakan Ibu-ibu yang lain mungkin ada yang mau ngelengkapin gitu" jawab Bu Dedeh yang seketika kompak dengan Bu Tejo.
"Nggeehh Bu RT, yang kurban kambing datanya sudah oke, ini yang kurban sapi ada 10 kelompok, tapi yang kelompok terakhir masih kurang satu orang" lapor Bu Joko sambil menunjukkan catatannya.
"Bu Dedeh atau Bu Tejo silahkan siapa tau mau melengkapi?" tanya Bu RT.
"Nggeh, kalau saya nanti dulu Bu RT, sepurane nggeh, masih ada keperluan lainnya, apalagi ini mau masuk tahun ajaran baru kan ya Bu Dedeh?" jawab Bu Tejo sambil melirik Bu Dedeh dengan kedipan mata dua kali.
"Ohhh iya bener Bu Tejo, maap Bu RT coba tanyakan Ibu-ibu yang lain mungkin ada yang mau ngelengkapin gitu" jawab Bu Dedeh yang seketika kompak dengan Bu Tejo.
Saat mendengar hal itu, Bu Joko hanya bisa menghela napas sembari tersenyum kecut, tak mampu berkomentar apa-apa.
"Yasudah kita sabar dulu Bu Joko, masih ada beberapa hari lagi, kita tunggu saja dulu, semoga bisa genap nantinya, Aamiin" Bu RT berlalu pergi menghampiri ibu-ibu yang lain.
"Yasudah kita sabar dulu Bu Joko, masih ada beberapa hari lagi, kita tunggu saja dulu, semoga bisa genap nantinya, Aamiin" Bu RT berlalu pergi menghampiri ibu-ibu yang lain.
Sebenarnya Bu Joko bercita-cita sekali tahun ini bisa berkurban. Karena dulu orang tuanya miskin, jadi belum mampu berkurban atas nama Bu Joko. Cita-cita Bu Joko untuk berkurban dari penghasilannya sendiri dengan berjualan nasi uduk selalu kandas. Apalah daya tabungannya yg sudah dikumpulkan dari dua tahun yang lalu terpakai terus untuk membantu keperluan rumah tangga, apalagi kebutuhan anak-anaknya sekolah.
Bu Joko berharap suaminya berkurban atas namanya namun apa mau dikata ia tidak mau membebani suaminya yang hanya buruh serabutan. Bisa makan hari ini saja sudah cukup. Meskipun sering kali makan sisa nasi uduk jualannya. Bu Joko sangat bersyukur. Suami dan anak-anaknya pun tidak ada yang mengeluh kalau menu harian mereka hampir selalu sama.
Sudah lama Bu Joko menyampaikan cita-citanya ini dari tahun-tahun sebelumnya kepada suaminya. Meminta izin mencicil tabungan untuk kurban sapi. Diambil dari hasil jualan nasi uduknya sehari-hari yang tidak seberapa. Mencicil seribu dua ribu atau terkadang puluhan ribu perhari tatkala jualannya lagi ramai di tanggal muda. Alhamdulillah tahun ini akhirnya terkumpul agak banyak, tapi sangat disayangkan masih kurang separuh lagi. Entah separuhnya lagi bagaimana, Bu Joko hanya mampu tawakkal kepada Allah SWT atas cita-citanya.
Lamunan Bu Joko pecah ketika Bu Haji Aminah menepuk pundaknya,
Lamunan Bu Joko pecah ketika Bu Haji Aminah menepuk pundaknya,
"Bu Joko..ane bisa minta tolong..ane mau pesen nasi uduknya 100 porsi setiap hari mulai tanggal 1 Dzulhijjah sampe 9 Dzulhijjah bisa Bu Joko? lauknye daging sama ayam dikotakin rapi plus minum sama buah. Ada kuenya juga pokoknya paket komplit dah. Buat ane kirim ke Panti Asuhan di kampung sebelah, tenang aje yeee, Bu Joko ntar ane kasih full bayar di depan. Pokoknye, Bu Joko kagak usah pusing modalnyee".
Tak menyangka bahwa doanya diijabah seketika, tak terasa air mata Bu Joko pecah dan langsung memeluk Bu Haji Aminah. Beliau membalas pelukan Bu Joko dengan sedikit kebingungan. Masya Allah cita-cita Bu Joko tercapai. Allah mengkaruniakan rejeki yang tidak disangka sangka. Allah mengabulkan cita-cita tulusnya "Mencicil Kurban Sapi" untuk bekalnya di akhirat kelak. Bu Joko menulis namanya di catatan, di urutan ketujuh kelompok kesepuluh untuk kurban sapi. Qodarullah lengkap sudah.
Hukum berkurban wajib bagi seseorang yang mampu melakukannya, namun menjadi sunnah bila seorang muslim tidak mampu menunaikannya.
Akan tetapi dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah R.A, Rasulullah telah bersabda tentang keutamaan orang-orang yang melaksanakan ibadah qurban:
Tidak ada suatu amalan yang paling dicintai Allah dari Bani Adam ketika hari raya Idul Adha selain menyembelih hewan qurban.
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan hakim)
Kejarlah akhiratmu maka dunia akan mengikutimu. Segala harta yang kita miliki di dunia sejatinya bukan harta kita, harta kita yang sesungguhnya adalah yang kita infaqkan ke jalan Allah. Semoga Allah memampukan kita semua untuk berkurban. Aamiin yaa rabbal alamiin. Selamat Hari Raya Idul Adha akhwati.
Kejarlah akhiratmu maka dunia akan mengikutimu. Segala harta yang kita miliki di dunia sejatinya bukan harta kita, harta kita yang sesungguhnya adalah yang kita infaqkan ke jalan Allah. Semoga Allah memampukan kita semua untuk berkurban. Aamiin yaa rabbal alamiin. Selamat Hari Raya Idul Adha akhwati.
<Rahduta Putri>
Tidak ada komentar